Wajahnya selalu
tampak gembira, tak pernah ia terlihat perasaan sedih. Senyum ramah dan wajah
riang selalu ia perlihatkan kepada semua orang. Tak pernah ia meminta
belaskasihan kepada orang lain. Hari-harinya ia jalani dengan penuh semangat.
Tak pernah ia mengeluh apalagi berputus asa. Ia selalu menjalankan pekerjaannya
dengan sungguh-sungguh, meskipun banyak orang mengatakan pekerjaan itu sangat
rendah. Bagi ia apapun pekerjaannya, harus selalu dijalankan dengan sebaik
mungkin.
Ya inilah sekilas
sosok Sumi yang bekerja mengelupasi tutup aqua. Sumi adalah seorang ibu berumur
56 tahun yang mempunyai 4 orang anak. Keempat anaknya adalah Mamat, rozak, rini
dan ahmad. Adapun suami dari Sumi adalah Adi, hanya seorang buruh tani yang
penghasilanya tidak menentu.
Sumi rela menjadi
pekerja rosok demi mencukupi semua kebutuhan keluarganya. Mulai dari makanan
yang dimakan setiap harinya, biaya untuk beli pakaian, biaya untuk sekolah
keempat anaknya, dll, hampir semuanya ditanggung oleh Sumi. Walaupun
penghasilan Sumi tiap harinya tak seberapa.
Sumi bekerja di
sebuah rosok milik Bu Eem yang ada di Pangalengan Bandung. Setiap hari, Sumi
harus menempuh jarak 4 kilometer dengan berjalan kaki untuk sampai ketempat
bekerjanya. Biasanya Sumi berangkat kerja dari rumah jam 07.00 WIB, sampai
tempat bekerjanya sekitar jam 08.00 WIB. Sehingga untuk menempuh jarak 4
kilometer, Sumi harus menggunakan waktunya kurang lebih satu jam.
Sumi pulang dari
tempat bekerjanya sekitar jam 16.30 WIB. Sesampainya dirumah, kadang Sumi tidak
langsung istirahat, melainkan mencari tambahan uang untuk memenuhi
kebutuhannya. Pekerjaan dirumah tidak tetap, kadang Sumarmi ikut buruh
melangsir bata, membuat rigen. Tapi tidak setiap hari pekerjaan itu ada, kadang
satu minggu sekali, paling banyak dua kali.
Pekerjaan Sumi yang
dapat dikatakan tetap adalah bekerja di rosok. Sumi bekerja dirosok mulai tahun
1987, hingga sekarang tahun 2012, Sumarmi pun masih bekerja di rosok tersebut.
Sehingga Sumi bekerja di rosok dengan mengelupasi tutup aqua kurang lebih sudah
25tahun.
Sumi mendapatkan
bayaran sesuai dengan jumlah aqua yang sudah dikelupas. Satu kilo aqua dihargai
750 rupiah. Sehingga setiap harinya Sumi bisa mengelupasi kurang lebih 15
kilo aqua. Ketika stok aqua habis, kadang Sumarmi mengerjakan pekerjaan yang
lain seperti mecah ember, memisahkan bahan putihan dan bahan yang hitam.
Dengan bayaran yang
tak seberapa, tetapi Sumi mampu menyekolahkan anak-anaknya. Anak yang pertama
sampai ketiga semuanya lulus SMA dan sekarang Sumi sedang menyekolahkan anaknya
yang terakhir kejenjang Strata Satu(S1). Sumi menginginkan anak terakhirnya yang bernama Ahmad bisa sukses
seperti orang-orang yang sudah berhasil.
“Naon bae ge bade dilakonan.
Kanggo nyakolakeun pun putra, supados janten jalmi anu pinter,suskses,sareng
ngabakti kanu jadi kolot” itu adalah sedikit penggalan kata-kata dari Sumi. Sumi
selalu bekerja keras demi menyekolahkan anaknya, khususnya Ahmad.
Sekarang ini Ahmad
menjadi harapan Sumi satu-satunya, untuk menjadi anak yang berhasil. Karena
kelak Ahmad yang akan mengurus Sumi dan Adi. “Ayeunamah abdi ngan tiasa ngareup
ka Ahmad supados janten jalmi sukses, nu tiasa ngurus kanu janten kolotna, sabab
raka-rakana tos garaduh padamelan nyalira-nyalira” begitulah kata Sumarmi.
Begitu besar Sumi
menaruh harapan kepada Ahmad agar menjadi orang yang sukses. Karena menurut Sumi,
jika anaknya sukses, hidupnya dimasa tua pun menjadi enak. Budaya didesanya pun
masih dipegang teguh oleh Sumi. Menurut budayanya anak terakhirlah yang kelak
akan mewarisi rumahnya. Selain itu anak terakhirlah yang kelak akan merawat
orang tuanya semasa tua nanti.
“Abdi bungaah pisan
tiasa nyakolakeun budak abdi anu bungsu”, kata Sumi. Walaupun Sumi hanya
menjadi pekerja rosok, ia tetap bangga, tak merasa malu dengan pekerjaannya.
Bagi Sumi apapun pekerjaannya, yang penting halal dan menjadi berkah.
(Badegos Ronggas)
0 komentar:
Posting Komentar